Prinsip-Prinsip
Mengajar Aqidah Akhlaq
MAKALAH
Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : MPDP AQIDAH AKHLAK
Dosen : DRS.KH SUHERMAN
Disusun Oleh:
NAMA : RIDO PRATAMA
NPM : 090112355
SEMESTER : VIII
JURUSAN :
PAI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS AL WASHLIYAH
MEDAN
2013
BAB I
PEMDAHULUAN
Pengajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pengajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pengajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Di sisi lain pengajaran mempunyai
pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi
yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat
belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang
ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek
afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun
proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu
pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pengajaran menyiratkan adanya interaksi antara
pengajar dengan peserta didik.
Pengajaran yang berkualitas sangat
tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar. Pembelajar yang
memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi
motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar.
Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui
proses belajar. Desain pengajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai,
ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah
mencapai target belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
Prinsip-Prinsip Mengajar Aqidah Akhlaq
A-
Pengertian Akidah Akhlak
Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu
[عَقَدَ-يَعْقِدُ-عَقْدً] artinya adalah mengikat atau mengadakan perjanjian.
Sedangkan Aqidah menurut istilah adalah urusan-urusan yang
harus dibenarkan oleh hati dan diterima dengan rasa puas serta
terhujam kuat dalam lubuk jiwa yang tidak dapat digoncangkan oleh
badai subhat (keragu-raguan). Dalam definisi yang lain disebutkan
bahwa aqidah adalah sesuatu yang mengharapkan hati membenarkannya, yang
membuat jiwa tenang tentram kepadanya dan yang menjadi kepercayaan
yang bersih dari kebimbangan dan keraguan.
B. Dasar
Akidah Akhlak
Dasar aqidah akhlak adalah ajaran Islam itu sendiri yang merupakan
sumber-sumber hukum dalam Islam yaitu Al Qur’an dan Al Hadits. Al Qur’an dan Al
Hadits adalah pedoman hidup dalam Islam yang menjelaskan kriteria atau ukuran
baik buruknya suatu perbuatan manusia. Dasar aqidah akhlak yang pertama dan
utama adalah Al Qur’an dan. Ketika ditanya tentang aqidah akhlak Nabi Muhammad
SAW, Siti Aisyah berkata.” Dasar aqidah akhlak Nabi Muhammad SAW adalah Al
Qur’an.”
C. Prinsip
Siswa Aktif
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses
pembelajaran Aqidah akhlak, guru harus. menciptakan suasana sedemikian rupa
sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan Belajar
memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun
pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru
tentang pengetahuan Aqidah akhlaq.
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
Aqidah akhlaq , Guru menegaskan siswa dengan kegiatan yang beragam , misalnya:
Percobaan, Diskusi kelompok, Memecahkan masalah. Mencari informasi, Menulis
laporan/cerita/puisi, Berkunjung keluar kelas Bambang Warsita (2008) menyatakan
bahwa Penerapan prinsip partisipasi aktif dalam rancangan bahan ajar dan
aktifitas dari guru didalam proses pembelajaran adalah dengan cara:
1.
Memberi kesempatan, peluang seluas-luasnya kepada siswa untuk berkreativitas
dalam proses belajarnya.
2.
Memberi kesempatan melakukan pengamatan, penyelidikan atau inkuiri dan
eksperimen.
3.
Memberi tugas individual atau kelompok melalui kontrol guru.
4.
Memberikan pujian verbal dan non verbal terhadap siswa yang memberikan respon
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
5.
Menggunakan multi metode dan multi media di dalam pembelajaran.
Aunurrah,
Aunurrah,
D. Prinsip
Motivasi (Motivation)
Tujuan dalam belajar Aqidah akhlak
diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasi adalah suatu kondisi dari
pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan memelihara
kesungguhan. Secara alami anak-anak selalu ingin tahu dan melakukan kegiatan
penjajagan dalam lingkungannya. Rasa ingin tahu ini seyogianya didorong dan
bukan dihambat dengan memberikan aturan yang sama untuk semua anak.
Berkenaan dengan motivasi ini ada
beberapa prinsip yang seyogianya kita perhatikan.
- Individu bukan hanya didorong
oleh kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan biologi, soaial dan emosional.
Tetapi disamping itu ia dapat diberi dorongan untuk mencapai sesuatu yang
lebih dari yang dimiliki saat ini.
- Pengetahuan tentang kemajuan
yang dicapai dalam memenuhi tujuan mendorong terjadinya peningkatan usaha.
Pengalaman tentang kegagalan yang tidak merusak citra diri siswa dapat
memperkuat kemampuan memelihara kesungguhannya dalam belajar.
- Dorongan yang mengatur perilaku
tidak selalu jelas bagi para siswa. Contohnya seorang murid yang
mengharapkan bantuan dari gurunya bisa berubah lebih dari itu, karena
kebutuhan emosi terpenuhi daripada karena keinginan untuk mencapai
seauatu.
- Motivasi dipengaruhi oleh
unsur-unsur kepribadian seperti rasa rendah diri, atau keyakinan diri.
Seorang anak yang temasuk pandai atau kurang juga bisa menghadapi masalah.
E. Prinsip
Perbedaan Individu
“Proses belajar Aqidah akhlak
bercorak ragam bagi setiap orang”Proses pengajaran seyogianya memperhatikan
perbedaan indiviadual dalam kelas sehingga dapat memberi kemudahan pencapaian
tujuan belajar yang setinggi-tingginya. Pengajaran yang hanya memperhatikan
satu tingkatan sasaran akan gagal memenuhi kebutuhan seluruh siswa. Karena itu
seorang guru perlu memperhatikan latar belakang, emosi, dorongan dan kemampuan
individu dan menyesuaikan materi pelajaran dan tugas-tugas belajar kepada
aspek-aspek tersebut.
Berkenaan dengan perbedaan individual
ada beberapa hal yang perlu diingat:
1. Para pelajar harus dapat dibantu dalam
memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan selanjutnya mendapat perlakuan dan
pelayanan kegiatan, tugas belajar dan pemenuhan kebutuhan yang berbeda-beda.
2. Para pelajar perlu mengenal potensinya dan
seyogianya dibantu untuk merenncanakan dan melaksanakan kegiatannya sendiri.
3. Para pelajar membutuhkan variasi tugas,
bahan dan metode yang sesuai dengan tujuan , minat dan latarbelakangnya.
4. Pelajar cenderung memilih pengalaman
belajar yang sesuai dengan pengalamannya masa lampau yang ia rasakan bermakna
untuknya. Setiap pelajar biasanya memberi respon yang berbeda-beda karena
memang setiap orang memiliki persepsi yang berbeda mengenai pengalamannya.
F. Prinsip
Kesiapan (Readiness)
Proses belajar Aqidah akhlak
dipengaruhi kesiapan murid, yang dimaksud dengan kesiapan atau readiness
ialah kondisi individu yang memungkinkan ia dapat belajar. Berkenaan dengan hal
itu terdapat berbagai macam taraf kesiapan belajar untuk suatu tugas khusus.
Seseorang siswa yang belum siap untuk melaksanakan suatu tugas dalam belajar
akan mengalami kesulitan atau malah putus asa. Yang termasuk kesiapan ini ialah
kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi latar belakang pengalaman, hasil
belajar yang baku, motivasi, persepsi dan faktor-faktor lain yang memungkinkan
seseorang dapat belajar.
Berdasarkan dengan prinsip kesiapan
ini dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut:
1. Seorang individu akan dapat belajar dengan
sebaik-baiknya bila tugas-tugas yang diberikan kepadanya erat hubungannya
dengan kemampuan, minat dan latar belakangnya.
2. Kesiapan untuk belajar harus dikaji bahkan
diduga. Hal ini mengandung arti bila seseorang guru ingin mendapat gambaran
kesiapan muridnya untuk mempelajari sesuatu, ia harus melakukan pengetesan
kesiapan.
3. Jika seseorang individu kurang
memiliki kesiapan untuk sesuatu tugas, kemudian tugas itu seyogianya ditunda
sampai dapat dikembangkannya kesiapan itu atau guru sengaja menata tugas itu
sesuai dengan kesiapan siswa.
4. Kesiapan untuk belajar mencerminkan jenis
dan taraf kesiapan, misalnya dua orang siswa yang memiliki kecerdasan yang sama
mungkin amat berbeda dalam pola kemampuan mentalnya.
5. Bahan-bahan, kegiatan dan tugas seyogianya
divariasikan sesuai dengan faktor kesiapan kognitif, afektif dan psikomotor
dari berbagai individu.
G. Prinsip Persepsi
“ Seseorang cenderung untuk
percaya sesuai dengan bagaimana ia memahami situasi”. Persepsi adalah
interpretasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat dunia dengan
caranya sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku
individu. Seseorang guru akan dapat memahami murid-muridnya lebih baik bila ia
peka terhadap bagaimana cara seseorang melihat suatu situasi tertentu.
Berkenaan dengan persepsi ini ada
beberapa hal-hal penting yang harus kita perhatikan:
1. Setiap pelajar melihat dunia berbeda satu
dari yang lainnya karena setiap pelajar memiliki lingkungan yang berbeda. Semua
siswa tidak dapat melihat lingkungan yang sama dengan cara yang sama.
2. Seseorang menafsirkan lingkungan sesuai
dengan tujuan, sikap, alasan, pengalaman, kesehatan, perasaan dan kemampuannya.
3. Cara bagaimana seseorang melihat
dirinya berpengaruh terhadap perilakunya. Dalam sesuatu situais seorang pelajar
cenderung bertindak sesuai dengan cara ia melihat dirinya sendiri..
4. Para pelajar dapat dibantu dengan
cara memberi kesempatan menilai dirinya sendiri. Guru dapat menjadi contoh
hidup. Perilaku yang baik bergantung pada persepsi yang cermat dan nyata
mengenai suatu situasi. Guru dan pihak lain dapat membantu pelajar menilai
persepsinya.
5. Persepsi dapat berlanjut dengan memberi
para pelajar pandangan bagaimana hal itu dapat dilihat .
6. Kecermatan persepsi harus sering dicek.
Diskusi kelompok dapat dijadikan sarana untuk mengklasifikasi persepsi mereka.
7. Tingkat perkembangan dan pertumbuhan para
pelajar akan mempengaruhi pandangannya terhadap dirinya.
H. Prinsip Tujuan
“ Tujuan Aqidah Akhlak harus
tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh para pelajar pada saat proses
belajar terjadi”. Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh
seseorang dan mengenai tujuan ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
1. Tujuan seyogianya mewadahi kemampuan yang
harus dicapai.
2. Dalam menetapkan tujuan seyogianya
mempertimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat
3. Pelajar akan dapat menerima tujuan
yang dirasakan akan dapat memenuhi kebutuhannya.
4. Tujuan guru dan murid seyogianya sesuai
5. Aturan-aturan atau ukuran-ukuran yang
ditetapkan oleh masyarakat dan pemerintah biasanya akan mempengaruhi perilaku.
6. Tingkat keterlibatan pelajar secara aktif
mempengaruhi tujuan yang dicanangkannya dan yang dapat ia capai.
7. Perasaan pelajar mengenai manfaat dan
kemampuannya dapat mempengaruhi perilaku. Jika ia gagal mencapai tujuan ia akan
merasa rendah diri atau prestasinya menurun.
8. Tujuan harus ditetapkan dalam rangka
memenuhi tujuan yang nampak untuk para pelajar. Karena guru harus dapat
merumuskan tujuan dengan jelas dan dapat diterima para pelajar.
I.
Prinsip Transfer dan Retensi
“Belajar Aqidah akhlak dianggap
bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan menerapkan hasil belajar dalam
situasi baru”. Apa pun yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya akan
digunakan dalam situasi yang lain. Prosesa tersebut dikenal dengan proses transfer,
kemampuan seseorang untuk menggunakan lagi hasil belajar disebut retensi.
Bahan-bahan yang dipelajari dan diserap dapat digunakan oleh para pelajar dalam
situasi baru.
Berkenaan dengan proses transfer dan
retensi ada beberapa prinsip yang harus kita ingat.
1. Tujuan belajar dan daya ingat dapat
memperkuat retensi. Usaha yang aktif untuk mengingat atau menugaskan sesuatu
latuhan untuk dipelajari dapat meningkatkan retensi.
2. Bahan yang bermakna bagi pelajar dapat
diserap lebih baik.
3. Retensi seseorang dipengaruhi oleh kondisi
fisik dan psikis dimana proses belajar itu terjadi. Karena itu latihan
seyogianya dilakukan dalam suasana yang nyata.
4. Latihan yang terbagi-bagi memungkinkan
retensi yang baik. Suasana belajar yang dibagi ke dalam unit-unit kecil waktu
dapat menghasilkan proses belajar dengan retensi yang lebih baik daripada
proses belajar yang berkepanjangan. Waktu belajar dapat ditentukan oleh
struktur-struktur logis dari materi dan kebutuhan para pelajar.
5. Penelaahan bahan-bahan yang faktual,
keterampilan dan konsep dapat meningkatkan retensi dan nilai transfer.
J. Prinsip
Belajar Kognitif
“Belajar kognitif melibatkan proses
pengenalan dan atau penemuan”. Belajar kognitif mencakup asosiasi antar unsur,
pembentukan konsep, penemuan masalah, dan keterampilan memecahkan masalah yang
selanjutnya membentuk perilaku baru, berpikir, menalar, menilai dan
berimajinasi merupakan aktivitas mental yang berkaitan dengan proses belajar
kognitif. Proses belajar Aqidah akhlak itu dapat terjadi pada berbagai tingkat
kesukaran dan menuntut berbagai aktivitas mental.
Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam belajar kognitif.
1. Perhatian harus dipusatkan kepada
aspek-aspek lingkungan yang relevan sebelum proses-proses belajar kognitif
terjadi. Dalam hubungan ini pelajar perlu mengarahkan perhatian yang penuh agar
proses belajar kognitif benar-benar terjadi.
2. Hasil belajar kognitif akan bercariasi
sesuai dengan taraf dan jenis perbedaan individual yang ada.
3. Bentuk-bentuk kesiapan perbendaharaan
kata, kemampuan membaca, kecakapan dan pengalaman berpengaruh langsung terhadap
proses belajar kognitif.
4. Pengalaman belajar harus diorganisasikan
ke dalam satuan-satauan atau unit-unit yang sesuai.
5. Bila menyajikan konsep, kebermaknaan dari
konsep amatlah penting . Perilaku mencari, penerapan, pendefinisian resmi dan
penilaian sangat diperlukan untuk menguji bahwa suatu konsep benar-benar
bermakna.
6. Dalam pemecahan masalah para pelajar harus
dibantu untuk mendefinisikan dan membatasi lingkup masalah, menemukan informasi
yang sesuai, menafsirkan dan menganalisis masalah dan memungkinkan berpikir
menyebar (divergent thinking).
7. Perhatian terhadap proses mental yang
lebih daripada terhadap hasil kognitif dan afektif akan lebih memungkinkan
terjadimya proses pemecahan masalah, analisis, sintesis dan penalaran.
K. Prinsip
Belajar Afektif
“ Proses belajar afektif seseorang
menentukn bagaimana ia menghubungkan dirinya dengan pengalaman baru”. Belajar
afektif mencakup nilai emosi, dorongan, minat dan sikap. Dalam banyak hal
pelajar mungkin tidak menyadari belajar afektif. Sesungguhnya proses belajar
afektif meliputi dasar yang asli untuk dan merupakan bentuk dari sikap, emosi
dorongan, minat dan sikap individu.
Berkenaan dengan hal-hal tersebut
diatas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses belajar afektif.
1. Hampir semua aspek kehidupan mengandung
aspek afektif.
2. Hal bagaimana para pelajar menyesuaikan
diri dan memberi reaksi terhadap situasi akan memberi dampak dan pengaruh
terhadap proses belajar afektif.
3. Suatu waktu, nilai-nilai yang penting yang
diperoleh pada masa kanak-kanak akan melekat sepanjang hayat. Nilai, sikap dan
perasaan yang tidak berubah akan tetap melekat pada keseluruhan proses
perkembangan.
4. Sikap dan nilai sering diperoleh melalui
proses identifikasi dari orang lain dan bukan hasil dari belajar langsung.
5. Sikap lebih mudah dibentuk karena
pengalaman yang menyenangkan.
6. Nilai-nilai yang ada pada diri individu
dipengaruhi oleh standar perilaku kelompok.
7.
Proses belajar di sekolah dan kesehatan mental memiliki
hubungan yang erat. Pelajar yang memiliki kesehatan mental yang baik akan dapat
belajar lebih mudah daripada yang memiliki masalah.
8.
Belajar afektif dapat dikembangkan atau diubah melalui
interaksi guru dengan kelas.
L.
Proses Belajar Psikomotor
Proses belajar psikomotor individu
menentukan bagaimana ia mampu mengendalikan aktivitas ragawinya. Belajar
psikomotor mengandung aspek mental dan fisik. Berkenaan dengan hal itu ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1. Didalam tugas suatu kelompok akan
menunjukkan variasi dalam kemampuan dasar psikomotor.
2. Perkembangan psikomotor anak tertentu
terjadi tidak beraturan.
3. Struktur ragawi dan sistem syaraf individu
membantu menentukan taraf penampilan psikomotor.
4. Melalui bermain dan aktivitas nonformal
para pelajar akan memperoleh kemampuan mengontrol gerakannya lebih baik.
5. Dengan kematangan fisik dan mental
kemampuan pelajar untuk memadukan dan memperhalus gerakannya akan lebih dapat
diperkuat.
L.
Proses Belajar Psikomotor
Proses belajar psikomotor individu
menentukan bagaimana ia mampu mengendalikan aktivitas ragawinya. Belajar
psikomotor mengandung aspek mental dan fisik.Evaluasi mencakup kesadaran
individu mengenai penampilan, motivasi belajar dan kesiapan untuk belajar.
Individu yang berinteraksi dengan yang lain pada dasarnya ia mengkaji
pengalaman belajarnya dan hal ini pada gilirannya akan dapat meningkatkan
kemampuannya untuk menilai pengalamannya.
Berkenaan dengan evaluasi ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
- Evaluasi memberi arti pada
proses belajar dan memberi arah baru pada pelajar.
- Bila tujuan dikaitkan dengan
evaluasi maka peran evaluasi begitu penting bagi pelajar.
- Latihan penilaian guru dapat
mempengaruhi bagaimana pelajar terlibat dalam evaluasi dan belajar.
- Evaluasi terhadap kemajuan
pencapaian tujuan akan lebih mantap bila guru dan murid saling bertukar
dan menerima pikiran, perasaan dan pengamatan.
BAB III
KESIMPULAN
A-
Pengertian Akidah Akhlak
Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa Arab
yaitu [عَقَدَ-يَعْقِدُ-عَقْدً] artinya adalah mengikat atau mengadakan
perjanjian. Sedangkan Aqidah menurut istilah adalah urusan-urusan yang
harus dibenarkan oleh hati dan diterima dengan rasa puas serta
terhujam kuat dalam lubuk jiwa yang tidak dapat digoncangkan oleh
badai subhat
B. Dasar
Akidah Akhlak
Dasar aqidah akhlak adalah ajaran Islam itu sendiri
yang merupakan sumber-sumber hukum dalam Islam yaitu Al Qur’an dan Al Hadits.
C. Prinsip
Siswa Aktif
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses
pembelajaran Aqidah akhlak, guru harus. menciptakan suasana sedemikian rupa
sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan Belajar
memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun
pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru
tentang pengetahuan Aqidah akhlaq.
D. Prinsip
Motivasi (Motivation)
Tujuan dalam belajar Aqidah akhlak diperlukan untuk
suatu proses yang terarah. Motivasi adalah suatu kondisi dari pelajar untuk
memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan memelihara kesungguhan.
E. Prinsip
Perbedaan Individu
“Proses belajar Aqidah akhlak bercorak ragam bagi setiap
orang”Proses pengajaran seyogianya memperhatikan perbedaan indiviadual dalam
kelas sehingga dapat memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar yang
setinggi-tingginya
F. Prinsip
Kesiapan (Readiness)
Proses belajar Aqidah akhlak dipengaruhi kesiapan
murid, yang dimaksud dengan kesiapan atau readiness ialah kondisi
individu yang memungkinkan ia dapat belajar.
G. Prinsip
Persepsi
“ Seseorang cenderung untuk percaya sesuai
dengan bagaimana ia memahami situasi”. Persepsi adalah interpretasi tentang
situasi yang hidup. Setiap individu melihat dunia dengan caranya sendiri yang
berbeda dari yang lain
H. Prinsip Tujuan
“ Tujuan Aqidah Akhlak harus tergambar jelas dalam
pikiran dan diterima oleh para pelajar pada saat proses belajar terjadi”.
Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh seseorang
I.
Prinsip Transfer dan Retensi
“Belajar Aqidah akhlak dianggap bermanfaat bila
seseorang dapat menyimpan dan menerapkan hasil belajar dalam situasi baru”. Apa
pun yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya akan digunakan dalam
situasi yang lain
J. Prinsip Belajar Kognitif
“Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan dan
atau penemuan”. Belajar kognitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan
konsep, penemuan masalah, dan keterampilan memecahkan masalah yang selanjutnya
membentuk perilaku baru, berpikir, menalar, menilai dan berimajinasi merupakan
aktivitas mental yang berkaitan dengan proses belajar kognitif.
K. Prinsip Belajar
Afektif
“ Proses belajar afektif seseorang menentukn bagaimana
ia menghubungkan dirinya dengan pengalaman baru”. Belajar afektif mencakup
nilai emosi, dorongan, minat dan sikap.
L. Proses Belajar
Psikomotor
Proses belajar psikomotor individu menentukan
bagaimana ia mampu mengendalikan aktivitas ragawinya. Belajar psikomotor
mengandung aspek mental dan fisik.
L. Proses Belajar
Psikomotor
Proses belajar psikomotor individu menentukan
bagaimana ia mampu mengendalikan aktivitas ragawinya. Belajar psikomotor
mengandung aspek mental dan fisik.
DAFTAR
PUSTAKA
Sudjono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada.
Hadi, S. 1970. Statistik
Psikologi dan Pendidikan (Jilid II). Jogjakarta: Jajasan Penerbitan
Fakultas Pschologi U.G.M.
Sudjono, Anas. 2008. Pengantar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada